Strategi Penanganan Wabah COVID-19 Terkait Kesehatan Mental


Strategi Penanganan Wabah COVID-19 Terkait Kesehatan Mental

(Oleh: Thaliba Sari Mutiara Zaqinah)




Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan infeksi menular yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember 2019 di Wuhan, China, dan telah menyebar secara global dan mengakibatkan adanya pandemi ini. Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak virus corona. Virus corona menular melalui saluran pernapasan, dapat melalui peecikan batuk dan bersin, dengan bentuk droplet.

Di Indonesia sendiri semenjak adanya kasus pertama yang terkonfirmasi hingga sekarang sudah ada 24.538 orang yang terkonfirmasi terinfeksi virus corona, 6.240 orang yang dinyatakan sembuh, dan 1.496 orang yang meninggal dunia akibat terkena virus corona. Gejala yang ditimbulkan beragam, mulai dari gejala ringan hingga berat, umumnya jika mengalami gejala ringan hingga sedang maka akan pulih tanpa perlu dirawat dirumah sakit. Rata-rata gejala akan muncul 5-6 hari setelah seseorang terinfeksi virus ini, tetapi bisa juga 14 hari setelah terinfeksi.

Munculnya virus ini menyebabkan ketakutan yang luar biasa pada masyarakat sehingga masyarakat merasa tertekan dan khawatir, entah itu takut terinfeksi dan meninggal, takut kehilangan pekerjaan, dan masih banyak ketakutan yang ditimbulkan akibat adanya pandemi ini. Stres dan ketakutan yang berlebihan ini dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan termasuk gangguan psikosomatis. Gangguan psikosomatis merupakan gangguan kesehatan fisik yang diakibatkan atau diperparah karena faktor psikis, seperti stres dan cemas. Masyarakat yang awalnya santai menjadi semakin cemas dan takut karena semakin hari pasien terinfeksi semakin bertambah, hal ini membuat kecemasan berlebih dan timbul gejala psikosomatis seperti napas berat, mual, dan dada berdebar-debar, ini dapat menyebabkan masyarakat self-diagnose seperti gejala terinfeksi virus corona. gangguan psikosomatis ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain, yang paling sering adalah penyakit maag dan hipertensi. Kondisi penyakit tersebut biasanya akan kambuh atau semakin berat saat penderitanya mengalami stres atau cemas.

Gangguan psikosomatis ini dapat ditangani atau diringankan dengan beberapa metode terapi dan pengobatan. Gangguan psikosomatis sebaiknya ditangani oleh psikiater karena tak jarang memerlukan perpaduan antara psikoterapi dengan pengobatan medis. Salah satunya yaitu psikoterapi dengan metode terapi kognitif perilaku di mana penderita akan diminta untuk mencari tahu hal yang akan memperburuk gejalanya, terapi ini bisa membantu meredakan pikiran yang berlebihan serta menangani perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan gejala penyakit yang dialami. selain itu, gangguan psikosomatis dapat diringankan dengan latihan relaksasi atau meditasi, teknik pengalihan, akupuntur, hipnosis atau hipnoterapi, terapi listrik dengan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), fisioterapi, dan juga obat-obatan seperti antidepresan atau obat penghilang rasa sakit dengan resep dokter.

Selain itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan mental kita selama pandemi ini berlangsung. Kita dapat membatasi konsumsi berita dan selektif terhadap bacaan agar tidak terlalu banyak menyerap informasi terkait corona dan mengistirahatkan diri dari media sosial dan menutup sumber kecemasan. Kita juga dapat menyibukan diri dengan berbagai kegiatan lain yang positif seperti school from home (SFH), work from home (WFH), menyalurkan hobi, dan bercengkrama dengan keluarga. Hal yang terpenting adalah menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan orang disekitar, menjaga jarak, dan menaati protokol keaehatan yang telah ada.


SUMBER PUSTAKA

 

Alodokter. (2015). Gangguan Psikosomatis, Ketika Pikiran Menyebabkan Penyakit Fisik. Diakses dari: https://www.alodokter.com/gangguan-psikosomatis-ketika-pikiran-menyebabkan-penyakit-fisik

BBC News. (2020). Virus Corona: Kiat Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Wabah COVID-19. Diakses dari: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-52001346

Google Berita. (2020). Virus Corona (COVID-19). Diakses dari:  https://news.google.com/covid19/map?hl=id&gl=ID&ceid=ID%3Aid&mid=%2Fm%2F03ryn

Wikipedia. (2020). Coronavirus Disease 2019. Diakses dari:  https://en.m.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019

World Health Organization. (2020). Q&A on Coronaviruses (COVID-19). Diakses dari: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/question-and-answers-hub/q-a-detail/q-a-coronaviruses#:~:text=symptoms

 





Posting Komentar

0 Komentar

Tentang KSR UPI

KSR PMI Unit UPI merupakan unit kegiatan mahasiswa di bawah naungan Palang Merah Indonesia dan Universitas Pendidikan Indonesia.

KSR PMI Unit mengalami beberapa kali transformasi sebelum menjadi Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit Universitas Pendidikan Indonesia:

Berawal dari sebuah organisasi tingkat jurusan Biologi yang bernama Keluarga Donor Darah (KDD) Formica yang terbentuk pada tahun 1975. Pada tahun 1983 organisasi ini kemudian berkembang menjadi organisasi tingkat fakultas dengan nama KDD FPMIPA IKIP Bandung yang kemudian berkembang dan akhirnya menjadi sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat Universitas pada tahun 1985 dengan nama KDD IKIP Bandung.
Sebagaimana namanya, KDD (Keluarga Donor Darah), maka pergerakannya pun terfokus dalam bidang kedonordarahan. Namun seiring bertambahnya usia, organisasi ini memiliki berbagai bidang garapan yang diantaranya kegiatan kepalangmerahan, seperti pertolongan pertama sehingga KDD berubah nama menjadi KDD dan PPPK IKIP Bandung.

Perubahan IKIP menjadi Universitas Pendidikan Indonesia merubah pula nama organisasi ini menjadi KDD dan PPPK UPI. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Musyawarah Anggota XVII, nama organisasi mengalami perubahan lagi menjadi Korps Sukarela PMI Unit UPI (KSR PMI Unit UPI), sebagaimana yang masih digunakan hingga saat ini.