Ayo Kenali Penyakit Kusta Sejak Dini
Lepra atau penyakit kusta, yang juga disebut sebagai Hansen's disease merupakan penyakit tertua di dunia, dimana kemunculannya sudah ada sejak tahun 600 sebelum Masehi. Pada masa kuno, kusta menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti karena dapat menyebabkan kecacatan, luka borok, dan kerusakan lainnya.
Jadi, Apa Itu Kusta?
Kusta adalah suatu infeksi menular kronis pada sistem saraf, kulit, hingga saluran pernapasan. Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan lepromatosis yang menular melalui droplet atau percikan cairan dari saluran pernapasan, seperti batuk dan bersin. Bakteri tersebut dapat terjadi pada semua rentang usia mulai dari bayi hingga lansia.
Penyakit kusta sebenarnya bisa disembuhkan dan jarang menjadi penyebab kematian (Rustam, 2014). Tetapi, infeksi bakteri ini berisiko mengakibatkan kecacatan pada pengidapnya. Tingginya jumlah kasus kusta di Indonesia disebabkan oleh keterlambatan dalam mendeteksi penyakit ini. Gejala kusta tidak langsung muncul setelah seseorang tertular bakteri lepra, biasanya dibutuhkan waktu inkubasi sekitar 5 tahun dan gejala baru akan dirasakan ketika bakteri telah merusak sel saraf. Hal ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan sel darah putih untuk melawan bakteri. Pada saat itulah tubuh dapat merasakan gejala kusta.
Di Indonesia, kusta sudah menjadi penyakit yang umum terjadi. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan per tanggal 24 Januari 2022, tercatat ada sejumlah 13.487 kasus kusta yang menjadikan Indonesia sebagai negara di urutan ke-3 dengan kasus kusta terbanyak di dunia.
Ayo Mengenal Gejala Dan Ciri Penyakit Kusta
Gejala penyakit kusta dapat terlihat pada kulit, saraf, dan selaput lendir. Gejala paling umum yang dirasakan oleh pengidap penyakit kusta adalah sensasi mati rasa atau kebas pada area kulit yang menampakkan bercak putih atau merah.
Berikut adalah gejala dan ciri lain dari penyakit kusta:
- Anhidrosis (kulit tidak mengeluarkan keringat)
- Kulit kehilangan kemampuan untuk merasakan sentuhan, tekanan, suhu, bahkan rasa nyeri
- Munculnya lepuhan atau ruam kemerahan pada kulit
- Hidung tersumbat dan mimisan
- Alis dan bulu mata rontok permanen
- Saraf membesar, umumnya pada lutut dan siku
- Penurunan berat badan
- Terdapat benjolan atau bengkak pada telinga dan wajah
- Otot kaki dan tangan melemah
- Mata jarang mengedip dan menjadi kering
- Wajah mengalami kecacatan
- Komplikasi imunologi kusta yang serius
Ada Berapa Jenis Penyakit Kusta?
Di Indonesia, penyakit kusta dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
● Pausi basiler (PB)/Kusta Kering, ditandai dengan kemunculan sekitar 1-5 bercak putih di kulit yang tampak mirip seperti panu.
● Multibasiler (MB)/Kusta Basah, ditandai dengan munculnya bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit yang mirip dengan kadas.
Kusta juga dibedakan menjadi beberapa jenis lainnya berdasarkan tingkat keparahan gejalanya.
- Lepromatous leprosy
Jenis kusta ini ditandai dengan lesi atau luka yang mengandung bakteri dan tersebar simetris, disertai dengan rambut rontok, kelemahan otot, dan gangguan saraf.
- Borderline lepromatous leprosy
Ditandai dengan kemunculan lesi dalam jumlah banyak dan bentuknya datar atau seperti benjolan, biasanya juga disertai gejala mati rasa.
- Mid-borderline leprosy
Gejalanya adalah lesi kemerahan yang menyebar secara acak dan tidak simetris, disertai mati rasa dan juga pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar kusta.
- Tuberculoid leprosy
Terdapat lesi datar berukuran besar, disertai dengan pembesaran saraf dan mati rasa.
- Borderline tuberculoid leprosy
Kusta ini ditandai dengan kemunculan lesi berukuran lebih kecil dan lebih banyak dibandingkan dengan jenis lainnya.
- Intermediate leprosy
Pada kusta ini, biasanya akan muncul lesi datar dengan warna pucat. Jenis ini dapat sembuh dengan sendirinya jika sistem imun penderita dalam kondisi yang prima.
Bagaimana Cara Penularan Penyakit Kusta?
Penyakit kusta dapat ditularkan melalui droplet atau percikan cairan dari saluran pernapasan, seperti batuk dan bersin. Selain itu kusta juga dapat ditularkan oleh hewan tertentu seperti armadillo, simpanse, dan monyet mangabey yang membawa bakteri lepra. Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, kekurangan asupan gizi (malnutrisi), serta tinggal di daerah endemik dengan kondisi kebersihan yang buruk juga beresiko untuk tertular penyakit ini.
Cegah Kusta dengan Lakukan Hal Berikut
1) Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Dengan mandi minimal 2 kali sehari, rajin mencuci tangan, serta rutin membersihkan rumah
2) Menjaga stamina dan daya tahan tubuh
Dengan menjaga pola makan, beristirahat yang cukup, serta rutin berolahraga.
3) Memperhatikan ventilasi sekitar
Pastikan sinar matahari memasuki ruangan, terutama untuk ruangan yang lembab
4) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi
Diantaranya yakni makanan yang mengandung vitamin A (wortel, pepaya) untuk meningkatkan imun, vitamin E (kacang tanah, almond) & C (jeruk, tomat) untuk menghambat kerusakan sel, serta zinc (keju, oatmeal) untuk mencegah infeksi. Selain itu, menurut penelitian dari Universitas Coimbatore, buah pisang terbukti mampu mencegah penularan penyakit kusta. Hal ini karena pisang mengandung banyak gizi yang membantu proses pembentukan sel darah putih yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit.
5) Mengenakan masker saat bepergian
Hal ini dapat mencegah terjadinya kontak langsung dengan penderita sehingga risiko penularan dapat berkurang.
Pengobatan Penyakit Kusta
Bagaimana jika sudah terpapar penyakit kusta?
Jangan khawatir!! Yuk segera periksakan diri ke dokter.
Untuk pengobatan penyakit kusta, dokter akan memberikan terapi multidrug therapy (MDT), yakni prosedur pengobatan yang mengkombinasikan dua antibiotik atau lebih dengan tujuan untuk menghilangkan infeksi, mencegah penularan, serta membasmi penyakit. Antibiotik yang umum diberikan kepada pengidap kusta berupa Rifampisin untuk menghambat pertumbuhan bakteri lepra, Dapsone untuk mengurangi peradangan dan menghentikan pertumbuhan bakteri, serta Clofazimine yang harus dikonsumsi dengan obat lain untuk mengobati luka dari penyakit kusta.
Seluruh antibiotik dalam terapi MDT ini diberikan menggunakan pengantar resep dari dokter dan tetap diawasi penggunaannya agar tidak melebihi dosis yang telah ditetapkan. Hal ini agar proses pengobatan dapat berjalan dengan lancar dan membuahkan kesembuhan.
Pada kasus tertentu, selain pengobatan menggunakan terapi MDT, pembedahan juga diperlukan guna mengembalikan fungsi anggota tubuh, menormalkan kembali saraf yang rusak, serta memperbaiki bentuk tubuh yang mengalami kecacatan agar para pengidap kusta dapat beraktivitas seperti sedia kala.
Mitos vs Fakta Tentang Kusta
#1 Kusta adalah kutukan akibat dosa atau hukuman dari Tuhan
Faktanya kusta terjadi karena infeksi bakteri yang ditularkan dari lingkungan atau individu, serta dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang dosa seseorang.
#2 Penyakit kusta tidak dapat disembuhkan
Faktanya ada metode pengobatan yang umum digunakan untuk menyembuhkan pengidap kusta, yakni dengan metode multi-drug therapy (MDT).
#3 Jangan menyentuh penderita kusta karena penyakit ini sangat menular.
Faktanya penyakit kusta tidak mudah menular lewat sentuhan, melainkan lebih mudah menular melalui percikan cairan dari saluran pernapasan.
Sumber Referensi
Apa itu Kusta - Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya (2023). Siloamhospital.com, diakses pada 31 Oktober 2023 https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-kusta
Brock, R. (2021) Leprosy Causes Your Limbs to Fall Off and Other Myths Exposed: Leprosymission.org, diakses pada 31 Oktober 2023 https://www.leprosymission.org/blog/leprosy-causes-your-limbs-to-fall-off-and-other-myths-exposed/
Fatmala, K. A. (2016) Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat Kusta di Kecamatan Pragaan. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(1), 13-24.
Goentoro, P. L. (2022) Daftar Obat Kusta yang Kerap Diresepkan Dokter. Hellosehat.com, diakses pada 31 Oktober 2023 https://hellosehat.com/penyakit-kulit/infeksi-kulit/obat-kusta/
Kumar, K.P., dkk (2012) Traditional and Medicinal Uses of Banana. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 1(3), 51-63. Diakses dari https://www.phytojournal.com/vol1Issue3/9.html
Maulana, F. (2023) Kuliah Umum FKK UMJ: Indonesia Tempati Urutan Ketiga Kasus Kusta Terbanyak. Universitas Muhammadiyah Jakarta, diakses pada 31 Oktober 2023 https://umj.ac.id/kabar-kampus/2023/09/kuliah-umum-fkk-umj-indonesia-tempati-urutan-ketiga-kasus-kusta-terbanyak/#:~:text=Terhitung%20sampai%20tahun%202022%2C%20jumlah%20kasus%20kusta%20mencapai%2013.487%20kasus
Memahami Lebih Dalam Penyakit Morbus Hansen (2021). Universitas Airlangga, diakses pada 31 Oktober 2023 https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1943-memahami-lebih-dalam-penyakit-morbus-hansen
Nursanti, D. (2022) Apa Itu Penyakit Kusta: Penyebab, Gejala, dan Ciri-Cirinya. Tirto.id, diakses pada 31 Oktober 2023 https://tirto.id/apa-itu-penyakit-kusta-penyebab-gejala-dan-ciri-cirinya-gokn
Swari, R. C. (2023) Kusta (Lepra). Hellosehat.com, diakses pada 31 Oktober 2023 https://hellosehat.com/penyakit-kulit/infeksi-kulit/kusta/
0 Komentar