Oleh: Anggi Saeful Munawar
Filariasis adalah sejumlah infeksi
yang disebabkan oleh cacing filaria dan dapat menyerang hewan maupun manusia.
Ada banyak jenis parasit filaria memiliki ratusan jenis, tapi hanya delapan
spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Pengelompokan filariasis
umumnya dikategorikan menurut lokasi habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia,
yaitu filariasis kulit, limfatik, dan rongga tubuh.
Penyakit ini
disebabkan oleh gigitan nyamuk yang telah trinfeksi oleh parasite filarial. Cacing
tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun,
dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia. Menurut WHO, sudah ada
120 juta korban di dunia yang terkena filariasis limfatik dan bahkan sepertiga
diantaranya mengalami infeksi yang lebih parah.
Infeksi ini
umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem
limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah
dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat
permanen.
Ada 3 kategori yang disebabkan oleh gejala filariasis, diantaranya:
1.
Tanpa Kategori
Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa
menunjukkan gejala apa pun. Meski demikian, infeksi ini tetap menyebabkan
kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal sekaligus memengaruhi sistem kekebalan
tubuh.
2.
Filariasis
Limfatik Akut
Kondisi ini terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu:
Adenolimfangitis akut
(ADL). Gejala yang muncul adalah demam, pembengkakan limfa atau
kelenjar getah bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang terinfeksi akan
terasa sakit, memerah, dan membengkak. ADL dapat kambuh lebih dari satu kali
dalam setahun. Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang
merusak kulit. Semakin sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.
Limfangitis filaria akut (AFL). AFL disebabkan oleh cacing-cacing
dewasa yang sekarat akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena
umumnya tidak disertai demam atau infeksi lain. Di samping itu, AFL dapat
memicu gejala yang meliputi munculnya benjolan-benjolan kecil pada bagian
tubuh, tempat cacing-cacing sekarat terkumpul (misalnya pada sistem getah
bening atau dalam skrotum).
3. Filariasis Limfatik Kronis
Kondisi ini akan menyebabkan
limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan pada kaki dan
lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya
kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan ketebalan lapisan
kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis. Selain itu, penumpukan cairan
juga bisa berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan
payudara pada penderita wanita.
0 Komentar