FILARIASIS (KAKI GAJAH)

 Oleh: Anggi Saeful Munawar

Sumber: https://herbalismart.com/wp-content/uploads/2020/04/kaki-gajah-hni.jpeg


Filariasis adalah sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria dan dapat menyerang hewan maupun manusia. Ada banyak jenis parasit filaria memiliki ratusan jenis, tapi hanya delapan spesies yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Pengelompokan filariasis umumnya dikategorikan menurut lokasi habitat cacing dewasa dalam tubuh manusia, yaitu filariasis kulit, limfatik, dan rongga tubuh.

            Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk yang telah trinfeksi oleh parasite filarial. Cacing tersebut akan tumbuh dewasa, bertahan hidup selama enam hingga delapan tahun, dan terus berkembang biak dalam jaringan limfa manusia. Menurut WHO, sudah ada 120 juta korban di dunia yang terkena filariasis limfatik dan bahkan sepertiga diantaranya mengalami infeksi yang lebih parah.

            Infeksi ini umumnya dialami sejak masa kanak-kanak dan menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang tidak disadari sampai akhirnya terjadi pembengkakan yang parah dan menyakitkan. Pembengkakan tersebut kemudian dapat menyebabkan cacat permanen.

Ada 3 kategori yang disebabkan oleh gejala filariasis, diantaranya:

1.      Tanpa Kategori

Sebagian besar infeksi filariasis limfatik terjadi tanpa menunjukkan gejala apa pun. Meski demikian, infeksi ini tetap menyebabkan kerusakan pada jaringan limfa dan ginjal sekaligus memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

2.      Filariasis Limfatik Akut

Kondisi ini terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu:

Adenolimfangitis akut (ADL). Gejala yang muncul adalah demam, pembengkakan limfa atau kelenjar getah bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang terinfeksi akan terasa sakit, memerah, dan membengkak. ADL dapat kambuh lebih dari satu kali dalam setahun. Cairan yang menumpuk dapat memicu infeksi jamur pada kulit yang merusak kulit. Semakin sering kambuh, pembengkakan bisa semakin parah.

Limfangitis filaria akut (AFL). AFL disebabkan oleh cacing-cacing dewasa yang sekarat akan memicu gejala yang sedikit berbeda dengan ADL karena umumnya tidak disertai demam atau infeksi lain. Di samping itu, AFL dapat memicu gejala yang meliputi munculnya benjolan-benjolan kecil pada bagian tubuh, tempat cacing-cacing sekarat terkumpul (misalnya pada sistem getah bening atau dalam skrotum).

3.      Filariasis Limfatik Kronis

Kondisi ini akan menyebabkan limfedema atau penumpukan cairan yang menyebabkan pembengkakan pada kaki dan lengan. Penumpukan cairan dan infeksi-infeksi yang terjadi akibat lemahnya kekebalan tubuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan ketebalan lapisan kulit. Kondisi ini disebut sebagai elefantiasis. Selain itu, penumpukan cairan juga bisa berdampak pada rongga perut, testis pada penderita laki-laki dan payudara pada penderita wanita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sukses Gelar Penutupan DIKLANJUT XXXIX, KSR PMI Unit UPI Kukuhkan 16 Anggota Biasa Baru

Satu Hati, Seribu Aksi: DIKLATSAR XL Resmi Dibuka, KSR PMI Unit UPI Hendak Cetak Relawan Muda yang Tangguh dan Berdedikasi

Musyawarah Anggota KSR PMI Unit UPI ke-XXXVI Resmi Dibuka: Bersinergi Mewujudkan KSR PMI Unit UPI yang Kredibilitas (Kreativitas, Dinamis, Berintegritas, dan Adaptabilitas)